Pendekatan Agropolitan
Beberapa pendekatan Teori Agropolitan :
Konsep Kawasan Agropolitan sebagai pusat pertumbuhan wilayah baru mulai dikembangkan semenjak tahun 1975 oleh Friedmann, dalam konsep ini prinsip mandiri dan berdikari, kerjasama dan gotong-royong dalam masyarakat menjadi kunci suksesnya pendekatan agropolitan. Friedman dan Douglass (1975) mengemukakan suatu bentuk pendekatan agropolitan sebagai aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan dengan jumlah penduduk antara 50.000 sampai 150.000 orang. Keduanya juga menekankan pentingnya pendekatan agropolitan dalam pengembangan perdesaan di kawasan Asia dan Afrika. Pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pengembangan atau pembangunan perdesaan (rural development) secara baik dapat dilakukan dengan mengaitkan atau menghubungkan perdesaan dengan pembangunan wilayah perkotaan (urban development) pada tingkat lokal.
Rustiadi et al. (2006) mengemukakan bahwa salah satu ide pendekatan pengembangan perdesaan adalah mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan yang didasarkan pada potensi wilayah desa itu sendiri, dimana keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa diminimalkan. Secara konseptual dikemukakan oleh Rustiadi dan Pranoto (2007), pengembangan agropolitan merupakan sebuah pendekatan pengembangan kawasan pertanian perdesaan yang mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan produksi pertanian di sekitarnya, baik pelayanan yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi lainnya sehingga masyarakat setempat tidak harus menuju kota untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.
Selanjutnya dalam rangka mencoba menulis, berikut disampaikan secuil catatan terkait program agropolitan di Kabupaten Bogor.
Download versi PDF :
Comments
Post a Comment